10 Hal Penting Yang Saya Harap Pahami Lebih Awal Untuk Menjadi Manager

Steve Lauda
9 min readJan 31, 2021

--

Bersama Creative Team Glints, periode Maret — Agustus 2020. Saya berada di pojok kiri.

Berada dalam ekosistem start-up mungkin menjadi impian sebagian dari generasi X, Y, maupun Z. Saya merasa beruntung sudah ada di dalamnya sekitar 2,5 tahun di dalam satu perusahaan, yaitu Glints. Saya juga merasa sangat beruntung, dalam 2,5 tahun berkarir di dunia start-up, 1 tahun terakhir diberi kesempatan bertanggung jawab mengelola sebuah tim.

Sebelum lanjut, mungkin ada yang bertanya, “apa itu Glints?” Glints adalah start-up yang berfokus menciptakan platform pengembangan karir terbaik. Berbasis di Singapura, berlandaskan visi “To help 100 Million People To Grow Meaningfully In Their Careers.”, Glints telah berhasil membantu jutaan professional muda mengembangkan karir dan juga mendapatkan pekerjaan impian mereka. Glints sejauh ini telah berhasil berdiri di 5 negara, yaitu Singapura, Indonesia, Vietnam, Hong Kong, dan Taiwan.

Lalu, tim apa yang saya pertanggung jawabkan di Glints? Tim creative. Bagaiman tim creative di Glints? Tim creative di Glints merupakan tim yang memiliki tanggung jawab utama sebagai function team dalam mendukung kesuksesan inisiatif-inisiatif yang dibuat oleh mission team yang ada di dalam departemen growth.

Wah, itu gimana? Kalau dianalogikan, ibaratnya tim creative Glints ini seperti sebuah landasan pacu roket, kemudian mission team adalah roketnya. Jadi, tim creative bertanggung jawab dalam membantu roket tersebut meluncur dengan sebaik mungkin, dan kalau itu roket ulang-alik, berarti memastikan sampai bisa kembali dengan selamat. Konteks kontribusinya adalah dalam segi creative visual maupun creative copywriting. Dalam beberapa kesempatan, tim creative juga mendukung inisiatif tim dari departemen lain. Misalnya, people team dalam melaksanakan employer branding.

Okay, sepertinya intro di atas cukup memberikan gambaran seperti apa pekerjaan saya. Sekarang, mari kita mulai. Inilah 10 hal penting tersebut:

  1. Seorang Manager Bukan Yang “paling” Dalam Sebuah Tim
Tim adalah sekumpulan individu yang bekerja sama dengan luar biasa. Foto dari Unsplash.

Paradigma yang beredar seringkali memberi pandangan bahwa untuk menjadi seorang manager harus menjadi yang “paling” dalam tim tersebut. Paling pintar, paling bijak, paling cepat, paling kuat, paling berpengalaman dan yang paling populer adalah, paling tua. Kualifikasi menjadi seorang manager bukanlah tentang sebarapa banyak kriteria “paling” yang dimiliki individu, tapi seberapa banyak skillset managerial yang dikuasai. Kalau diperhatikan lebih jauh, seringkali skillset managerial luput dari perhatian para professional muda. Padahal, hal ini wajib dimiliki semua orang, baik yang berminat menjadi manager ataupun tidak. Apa saja itu? Mungkin saya akan berbagi tentang hal ini di tulisan saya yang lain, jadi, stay tune ya, hehe.

2. Jika Punya Kesempatan, Bentuklah Tim Dari Titik Paling Awal

Membangun tim, seperti membangun sebuah bangunan. Foto dari Unsplash.

Tidak selamanya skenario menjadi seorang manager dimulai dari Anda, kemudian merekrut anggota tim yang bekerja dengan Anda. Ada kemungkinan Anda “mewarisi” anggota tim dari manager sebelumnya yang sekarang sudah bekerja di tempat lain (ya, iya, dong). Namun, jika Anda diberi kesempatan untuk membentuk tim dari awal, ini adalah titik paling penting dalam menentukan banyak hal, bahkan sangat banyak hal. Sebab menurut saya, bekerja sama dengan orang lain memang butuh kecocokkan. Di sinilah proses recruitment menjadi amat sangat penting.

Menemukan orang yang ahli dalam mengerjakan sesuatu sesuai kebutuhan perusahaan memang tidak mudah, tapi yang lebih sulit lagi adalah menemukan seorang yang ahli dan juga bisa cocok bekerja dengan Anda sebagai manager-nya. Apa kriteria yang dibutuhkan seseorang sehingga bisa cocok bekerja dengan Anda? Tidak ada template pasti untuk hal ini. Karena Anda sendiri yang menentukan kualitas seperti apa yang dibutuhkan dari seseorang sehingga Anda bisa merasa cocok bekerja sama.

Menurut saya pribadi yang terpenting adalah karakter, prinsip dan etos kerja. Kalau tiga hal ini bisa sejalan, maka hal lain bisa ditoleransi sejauh batasan yang Anda bisa tentukan sendiri. Sepengalaman saya, percayalah pada firasat atau gut feeling Anda ketika proses recruitment berlangsung, terutama saat sesi interview. Kalau firasat Anda memberi sinyal bahwa anda tidak cocok, berarti, memang tidak cocok.

Lebih baik menunda merekrut orang sekitar 1–3 bulan, dibandingkan Anda merekrut orang yang tidak cocok diajak kerja sama, tidak peduli se-ahli apapun seseorang dalam satu atau dua bidang yang sangat dibutuhkan perusahaan. It’s not worth it, trust me.

3. Integritas Adalah Hal Utama

Katakan apa pun dengan jujur dan sampaikan informasi seperlunya. Foto dari Unsplash.

Apa itu integritas? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Mudahnya, jika Anda ingin anggota tim memiliki suatu nilai yang berharga — apapun itu; jujur, terbuka, bertanggung jawab dan lain sebagainya — maka, mulailah hal tersebut dari diri Anda sendiri.

Jadilah role model untuk tim Anda, di lingkungan kantor maupun di luar. Ibarat membangun sebuah rumah, integritas adalah salah satu material pondasi terkuat yang wajib ada di dalam proses pembuatan. Tanpa integritas sama dengan tidak ada tim kerja, artinya kehadiran Anda hanyalah formalitas saja, tidak memiliki dampak yang signifikan.

4. Rendah Hati dan Peduli

Sesi 1 on 1 dengan anggota tim sangat penting dalam membangun kerja sama yang solid. Foto dari Unsplash.

Tidak bisa dipungkiri kedua hal ini adalah satu kesatuan yang bisa dibilang paket penting ketika Anda menjadi seorang manager. Rendah hati seperti apa? Anda menyadari bahwa Anda bukan yang “paling” di dalam tim yang Anda pimpin. Anda bisa salah, Anda bisa saja tidak tahu tentang suatu hal yang justru diketahui anggota tim Anda. Ketika Anda salah, akuilah dengan terbuka di depan semua anggota tim bahwa Anda melakukan kesalahan dan meminta maaf. Easier said than done, for sure.

Kemudian, peduli. Harus seberapa peduli Anda terhadap setiap anggota tim Anda? Sangat peduli sampai di titik anggota tim Anda tetap merasa nyaman ketika dipedulikan. Sejauh apa itu? Berbeda untuk setiap orang. Namun perlu diperhatikan juga, bahwa kepedulian yang Anda berikan ini harus objektif dan tetap sebatas sebagai rekan kerja. Hubungan kerja Anda dengan anggota tim harus dijaga kualitasnya sehingga tidak menimbulkan prasangka atau merugikan pihak lain, apalagi pihak di kehidupan pribadi masing-masing. Untuk konteksnya, saya yakin Anda paham maksudnya.

5. Growth Mindset

Setiap individu memiliki potensi yang tidak terbatas dan harus digali. Foto dari Unsplash.

Istilah yang sangat populer di ekosistem dunia per-start-up-an, dan seringkali terlalu banyak diumbar sampai sebagian orang lupa maknanya apa. Sebagai manager, anda adalah kunci penting yang membawa growth mindset ke dalam tim yang anda pimpin. Growth mindset mudahnya adalah, pola pikir yang meyakini bahwa seseorang punya potensi yang batasnya adalah pola pikir itu sendiri. Ketika Anda yakin bisa, maka seiring waktu, Anda pasti bisa, inilah growth mindset. Tapi tentunya konteksnya pada hal yang logis, ya. Bukan berarti ketika Anda punya growth mindset, ketika yakin bisa terbang misalnya, kemudian seiring waktu Anda bisa terbang seperti burung, tentu hal ini secara logis tidak masuk akal. Saat menjadi manager, Anda yang memilki andil terbesar untuk “menularkan” growth mindset ini kepada setiap anggota tim, tanpa terkecuali.

6. Critical Thinking

Golden circle thinking process, dipopulerkan oleh Simon Sinek dalam bukunya, Start With Why.

Berpikir kritis sangat penting di level apapun anda bekerja, dalam departemen apapun Anda berkontribusi. Segala sesuatu harus dimulai dengan mempertanyakan “kenapa”. Sesuai dengan golden circle thinking process yang dipopulerkan oleh Simon Sinek dalam bukunya yang berjudul Start With Why, hal utama yang Anda harus pertanyakan sebelum memulai apapun adalah “kenapa”, kemudian “bagaimana” dan barulah terakhir yang perlu ditanyakan adalah “apa”. Contoh sederhananya, ketika muncul sebuah masalah, dan laporan masalah itu sampai kepada Anda atau mungkin Anda yang menemukan masalah tersebut, hal pertama yang perlu anda tanyakan ke diri sendiri maupun yang melapor adalah, “kenapa hal ini dianggap sebagai sebuah masalah?” bukanapa masalahnya?”. Kemudian setelah melakukan validasi terhadap konteks dan kondisi yang ada, barulah menanyakan bagaimana cara menyelesaikan masalahnya dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dari proses berpikir ini, percayalah, metode problem solving Anda akan jadi lebih komprehensif dan efektif.

7. Fundamental Knowledge dan Prinsip

Belajar, belajar, dan belajar. Belajar hal yang dasar tidak kalah penting dari pandual praktikal. Foto dari Unsplash.

Terlepas dari bidang apa yang anda kuasai dan pertanggung jawabkan, tentunya bidang tersebut memiliki fundamental/dasar dan prinsipnya masing-masing. Jika Anda menjadi seorang manager di bidang marketing, Anda tidak harus memahami seluruh pengetahuan dunia marketing, namun Anda sangat wajib memahami dan menguasai fundamental dan prinsip-prinsip yang ada dalam bidang marketing dan juga bidang yang berkaitan. Dengan demikian, Anda dapat menggunakannya sebagai starting point dalam menyelesaikan sebuah masalah atau membentuk strategi kerja. Sebab, dari fundamental knowledge dan prinsip-prinsip dasar itulah pengetahuan dari bidang tersebut berkembang. Kuasai dasarnya, pahami lanjutannya.

8. Memimpin Dengan Value dan Culture

Menularkan energi dan nilai positif adalah hal yang natural dilakukan seorang manager. Foto dari Unsplash.

Ketika memiliki kesempatan untuk menjadi manager, ini adalah kesempatan emas anda untuk merefleksikan nilai-nilai yang anda miliki menjadi sebuah culture value di dalam tim. Pentingnya apa? Culture value ini akan menjadi semacam Undang-Undang Dasar dalam tim yang Anda pimpin, yang menjadi “panduan” dalam banyak hal yang terjadi di dalam tim. Sebagai contoh, di dalam tim creative Glints, saya menanamkan culture value yang disingkat menjadi PRODUCT. Kepanjangannya? Ini adalah kepanjangannya:

P adalah Pixel Perfect.

R adalah Respect.

O adalah Open.

D adalah Dedicated.

U adalah United.

C adalah Curious.

T adalah Trusted.

Cukup panjang, ya?nah, Anda penasaran detail dari culture value ini? Saya akan bahas di lain kesempatan, ya. Pada intinya, dalam operasional tim sehari-hari, culture value ini secara konsisten saya ingatkan dan praktekkan kepada rekan kerja satu tim, sehingga, culture value ini benar-benar “hidup” dan bukan sekedar faktor keren-kerenan saja.

9. Sistem, Sistem, Sistem

Secepat apapun bekerja tapi tanpa sistem, menjadi tidak efektif. Foto dari Unsplash.

Bentuklah sistem kerja sedini mungkin. Pelajarilah proses kerja yang dimiliki tim Anda, amati prosesnya secermat mungkin, kembangkan jadi lebih baik dan dokumentasikan proses kerja tersebut untuk dijadikan acuan bagi semua pihak yang terlibat. Amati sistemnya sepanjang waktu dan update jika diperlukan. Pada saat kapan harus di-update? Pada saat sistem kerja tersebut mulai terasa tidak efekftif dan relevan, atau ketika ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan sistem kerja tidak berlangsung sebagaimana mestinya. Prinsip dasar yang sangat penting diingat ketika membuat sistem kerja adalah simple, clear, comprehensive and scalable. Saya akan bahas detailnya di artikel terpisah. Pada intinya, sistem kerja tersebut harus dibuat sesederhana mungkin, sejelas-jelasnya dan mencakup seluruh proses kerja serta mudah dikembangkan dan dimodifikasi.

10. Evaluasi dan Mendengar

Evaluasi setiap aspek kerja yang ada, dan mendengarkan sekitar adalah proses yang penting di dalamnya. Foto dari Unsplash.

Ingatlah, bahwa apapun yang Anda sudah lakukan dan akan lakukan, selalu bisa dibuat lebih baik lagi. Caranya? Dengan melakukan evaluasi. Evaluasi seperti apa yang harus dilakukan? evaluasi terhadap segala aspek terkait dari tim Anda. Proses kerjanya, tim yang diajak bekerja sama, kondisi market, user, dan juga audience, pengetahuan-pengetahuan dan sistem-sistem terkait, trend industri, dan faktor relevan lainnya. Hal ini bisa dilakukan setiap hari dengan membaca artikel, e-book, jurnal, study case, menonton video dan tentunya menggali informasi sebanyak-banyaknya dari orang lain, terutama yang lebih senior dari Anda. Dengan berbekal semua ini, Anda bisa menentukan apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas kerja Anda dan juga tim, termasuk membangun ide serta strategi baru.

Kemudian yang tidak kalah penting adalah mendengar. Terutama dari anggota tim Anda. Rajin-rajinlah bertanya kepada setiap anggota tim. Terutama menanyakan apa masalah atau kesulitan yang sedang dialami saat bekerja. Kemudian, Anda mencoba untuk membantu memberikan solusi dan menggali potensi anggota tim dalam aspek problem solving. Langkah terbaik yang bisa diambil adalah, Anda membantu anggota tim untuk berpikir lebih efektif dan sederhana dalam mencari solusi dibandingkan memberikan solusi atas masalahnya secara langsung. Kenapa? Karena Anda memberikan ruang kepada anggota tim untuk berkembang dan anggota tim memiliki kepuasan tersendiri atas masalah yang telah mereka selesaikan sendiri. Dengan pola kerja ini, Anda secara tidak langsung membentuk pola kerja yang pro-aktif dan berlandaskan growth mindset. Memang waktu dan tenaga yang lebih banyak dibandingkan Anda langsung memecahkan masalahnya sendiri. Tapi, percayalah, ini merupakan investasi luar biasa yang bisa anda berikan kepada setiap anggota tim.

— — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — — —

Ini adalah 10 Hal Penting Yang Saya Harap Pahami Lebih Awal Untuk Menjadi Seorang Manager. Semoga tulisan ini bisa jadi referensi yang berguna dalam perjalanan karir Anda. Yuk, semangat belajar dan membaca! :)

--

--

Steve Lauda

The man behind Blissful Design. An entrepreneur, designer, human. On my mission to build 'Legacy of Impact'.